Teknologi SLPTT |
PENDAHULUAN
Beras mempunyai peran strategis dalam memantapkan ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan stabilitas politik nasional. Swasembada Beras Lestari merupakan salah satu perwujudan dari kemandirian pangan dan kunci keberhasilan program ketahanan pangan nasional. Melalui kebijakan swasembada beras yang dikembangkan berdasarkan definisi swasembada mutlak (on trend) dalam suatu kurun waktu tertentu dan swasembada proporsional yaitu dapat memenuhi 90-99% kebutuhan nasional, maka diharapkan dapat tercapai sasaran penyediaan beras dari produksi domestik dengan harga yang terjangkau bagi sebagian besar penduduk (Suryana, 2007; Suryana et al., 2008).
Dalam struktur perekonomian Jawa Barat sektor pertanian menempati posisi ketiga terbesar setelah sektor industri dan perdagangan (BPS Jawa Barat, 2009), meskipun demikian provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi padi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi beras nasional dengan kontribusi produksi rata-rata 17,6 % selama kurun waktu delapan tahun terakhir (2001-2008) atau kontribusi produksi rata-rata 17,3 % pada tiga tahun terakhir (2006-2008) (BPS Jawa Barat, 2009; Diperta Provinsi Jawa Barat, 2008). Disamping sentra produksi padi, maka provinsi Jawa Barat juga sebagai sentra produksi palawija diantaranya kedelai, meskipun bukan senta produksi utama di Indonesia dengan produksi 60.257 ton atau 6,2% dari total produksi Indonesia (974.512 ton) pada tahun 2009 (BPS, 2009).
Pencapaian produksi padi di Jawa Barat selain mampu memenuhi kebutuhan beras bagi sekitar 43,02 juta penduduk Jawa Barat dengan tingkat konsumsi beras sebagai makanan pokok rata-rata 105,87 kg/kapita/tahun (BPS, 2009), sedangkan tingkat konsumsi beras sebagai makanan pokok dan makanan penunjang secara nasional rata-rata 139,15 kg/kapita/tahun (Ditjen Tanaman Pangan, 2010). Produksi padi di Jawa Barat mampu memenuhi kebutuhan beras bagi penduduk luar Jawa Barat dengan nilai surplus beras lebih dari 1 juta ton (Diperta Provinsi Jawa Barat, 2008). Menurut Mardianto (2005), kebutuhan beras tingkat rumah tangga di luar konsumsi beras sebagai bahan makanan pokok rata-rata 10,01 kg/kapita/tahun atau 8,8% konsumsi beras total rumah tangga rata-rata, yakni 113,88 kg/kapita/tahun baik di tingkat perdesaan maupun di tingkat perkotaan.
Upaya pemerintah untuk mempertahankan swasembada beras yang telah dicapai semakin sulit, hal ini disebabkan semakin menyusutnya lahan-lahan subur karena beralih fungsi menjadi pemukiman dan usaha industri, menurunnya sumber-sumber pengairan karena penggundulan hutan dan kebutuhan air yang semakin meningkat terutama untuk kebutuhan rumah tangga, dampak perubahan iklim yang tidak menentu seperti terjadinya El-nino (kekeringan) dan La-nina (kebanjiran) serta meningkatnya serangan hama terutama wereng coklat dan penyakit terutama virus kerdil hampa (VKH), virus kerdil rumput tipe-1 (VKR-1) dan virus kerdil rumput tipe-2 (VKR-2) (BB Padi, 2010). Grafik peningkatan produksi terus melandai sejak tahun 1984 bahkan sangat fluktuatif. Hal ini diduga karena adanya degradasi/penurunan tingkat kesuburan lahan yang disebabkan pemakaian lahan terlalu intensif, pemakaian pupuk kimia (an-organik) terlalu berlebihan dan lain sebagainya, sehingga dengan adanya hambatan tersebut menyebabkan penurunan tingkat produktivitas lahan dan produksi padi.
Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka salah satu program peningkatan produksi yang digulirkan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian, diantaranya melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian dan Badan Litbang Pertanian adalah Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di 32 propinsi, termasuk di Provinsi Jawa Barat. Berkenaan dengan program SL-PTT sebagai salah satu program strategis Kementrian Pertanian, BPTP di masing-masing provinsi sebagai unit pelaksana teknis Badan Litbang Pertanian dituntut untuk berperan aktif memberikan dukungan dalam bentuk pendampingan untuk melakukan pengawalan penerapan teknologi di lapangan (Kementrian Pertanian, 2010). PTT merupakan pendekatan yang memadukan beberapa komponen teknologi unggulan secara sinergis untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan efisiensi penggunaan input produksi dengan tetap menjaga kesuburan tanah secara melalui teknologi ramah lingkungan secara berkelanjutan.
Tujuan
Tujuan kegiatan Pendampingan Teknologi Mendukung SL-PTT Tahun 2013, yaitu :
(1) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan pemandu lapangan (PL), baik PL-II maupun PL-III dalam menerapkan PTT Padi Sawah Inbrida (Non Hibrida), Padi Hibrida, Padi Gogo, Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Ubi Jalar dan PTT Ubi Kayu.
(2) Meningkatkan penyebaran informasi teknologi PTT padi dan palawija.
(3) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam penerapan PTT utamanya PTT padi sawah, padi gogo dan PTT kedelai.
(4) Meningkatkan penyebaran dan penggunaan benih bermutu varietas unggul baru (VUB) padi sawah, padi gogo dan kedelai.
(5) Mengembangkan PTT padi dan palawija spesifik wilayah yang sesuai dengan agroekosistem dan sosial ekonomi setempat.
(6) Mengkaji berbagai inovasi teknologi yang berkembang di tingkat lapangan sebagai bahan penyusunan rekomendasi teknologi bagi pengguna.
(7) Merumuskan bahan rekomendasi teknologi spesifik wilayah di Jawa Barat.
Keluaran Yang Diharapkan
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan Pendampingan Teknologi Mendukung SL-PTT Tahun 2011, sebagai berikut :
(1) Pengetahuan, pemahaman dan keterampilan terhadap PTT padi dan palawija meningkat pada ± 1.000 orang pemandu lapangan (PL), baik PPL, THL, maupun POPT.
(2) Tersampaikannya informasi teknologi PTT padi dan palawija kepada ± 1.000 orang pengguna pada wilayah pengkajian.
(3) Pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam penerapan PTT padi sawah, padi gogo dan PTT kedelai meningkat pada +1.650 orang peserta Demfarm di Jawa Barat.
(4) Tersebarnya benih bermutu VUB padi sawah pada 4.700 unit LL, padi gogo pada 860 unit LL dan kedelai pada 1.290 unit LL pada wilayah SL-PTT di Jawa Barat .
(5) Teknologi PTT padi sawah, PTT padi gogo dan PTT kedelai dapat diadopsi oleh petani peserta Demfarm dan petani peserta SL-PTT di 4.700 unit LL SL-PTT padi sawah, di 860 unit LL SL-PTT padi gogo dan di 1.290 unit LL SL-PTT kedelai wilayah SL-PTT di Jawa Barat .
(6) Diperoleh data keragaan berbagai inovasi teknologi yang berkembang di tingkat lapangan sebagai bahan rekomendasi teknologi spesifik wilayah pada 11 wilayah kabupaten pengkajian di Jawa Barat.
(7) Rumusan bahan rekomendasi teknologi spesifik wilayah terdiri atas teknologi PTT padi sawah, PTT padi gogo, PTT kedelai, teknologi varietas unggul baru, dan beberapa komponen teknologi dari beberapa produk stakeholders yang berkembang di tingkat lapangan.
Hasil yang Diharapkan
Meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan pemandu lapangan dan petani terhadap penerapan teknologi PTT, diantaranya melalui (1) pelatihan teknis SL-PTT, (2) penyebarluasan media informasi tercetak, (3) percontohan usahatani ataudemonstration farm (demfarm) PTT berturut-turut adalah demfarm PTT padi inbrida sebanyak 11 unit, demfarm PTT padi gogo sebanyak 10 unit, dan demfarm PTT kedelai sebanyak 11 unit, (4) petak percontohan beberapa komponen teknologi sarana produksi (benih, pupuk anorganik, pupuk organik, pestisida, dll), baik berasal dari badan usaha milik negara (BUMN) maupun swasta, dan (5) petak percontohan atau demonstration plot (demplot) varietas unggul baru atau display varietas unggul baru (VUB) yang akan dilaksanakan berturut-turut adalah display VUB padi sawah di 4.711 unit LL SL-PTT padi sawah, display VUB padi gogo di 870 unit LL SL-PTT padi gogo dan display VUB kedelai di 1.301 unit LL SL-PTT kedelai dari seluruh jumlah LL SL-PTT padi sawah, padi gogo dan kedelai yang dialokasikan di wilayah Jawa Barat.
Melalui penyelenggaraan demfarm PTT, demplot VUB, dan demplot sarana produksi stakeholders maka diharapkan dapat menjadi tempat bertemu, berdiskusi, bertukar informasi dan tempat belajar bersama diantara peneliti, penyuluh pertanian, teknisi litkayasa, pemandu lapangan (PL), THL, POPT, PBT, formulator, ketua kelompok tani, ketua gabungan kelompok tani, dan kontak tani nasional andalan (KTNA) dalam kerangka peningkatan produktivitas dan produksi, utamanya padi (padi sawah dan padi gogo) dan palawija (kedelai). Dengan demikian, maka lokasi penyelenggaraan demfarm dapat berfungsi sebagai wahana yang baik bagi pemandu lapangan (PL-II, PL-III dan PL) untuk berdialog dengan narasumber pengawal dan pendamping teknologi SL-PTT padi dan palawija di lapangan dan dengan narasumber formulator saran produksi pertanian dalam rangka memecahkan permasalahan yang dijumpai oleh petugas dan petani di dalam menjalankan usahatani padi sawah, padi gogo dan usahatani kedelai.
Dengan peningkatan pemahanan dan penerapan teknologi PTT padi sawah, padi gogo dan PTT kedelai, percepatan pengenalan dan penerapan varietas unggul baru (VUB) padi sawah, padi gogo dan kedelai baik bagi petugas maupun petani dan peningkatan wawasan dan pengetahuan baik petugas maupun petani, maka diharapkan akan meningkatkan keterampilan dalam penerapan teknologi unggulan sesuai dengan kondisi agroekosistem dan sosial ekonomi petani setempat (spesifik wilayah) dalam rangka meningkatkan produktivitas usahatani petani peserta kegiatan SL-PTT padi dan palawija di Jawa Barat.
Perkiraan Manfaat dan Dampak
Perkiraan manfaat pendampingan teknologi pada SL-PTT padi dan palawija, antara lain:
(1) Pemandu lapang dapat mengawal dan mendampingi pelaksanaan SL-PTT padi dan palawija sesuai dengan petunjuk dan kaidah PTT.
(2) Petani memahami dan melaksanakan SL-PTT dengan baik.
(3) Dapat menyempurnakan pelaksanaan SL-PTT padi dan kedelai pada tahun berikutnya.
Sedangkan dampak yang diharapkan dari pendampingan teknologi pada SL-PTT padi dan kedelai, antara lain:
(1) Peningkatan produktivitas padi sawah 10-20%, peningkatan produktivitas padi gogo 20-50%, dan peningkatan produktivitas kedelai 5-10% pada lahan usahatani lokasi Demfarm di Jawa Barat.
(2) Dengan peningkatan produktivitas, maka diharapkan akan meningkatkan pendapatan petani padi sawah, padi gogo, dan petani kedelai.
(3) Mendukung upaya pencapaian swasembada pangan dan dapat mempertahankan swasembada beras secara berkelanjutan di Provinsi Jawa Barat.
(4) Menumbuhkan kegiatan usaha pada sektor perbenihan melalui penumbuhan dan pengembangan para penangkar benih bermutu guna memenuhi kebutuhan pasar benih VUB padi dan kedelai terutama untuk wilayah setempat.
(5) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan produk domestik bruto wilayah setempat.
No comments:
Post a Comment