Sunday, March 4, 2018

PEMBUATAN KOMPOS


MEMBUAT KOMPOS



Untuk menunjang intensifikasi pekarangan di Irian Jaya telah dikaji teknik percocok tanam  sistim   pupuk  organik  pada  usahatani  pekarangan.  Sistim  ini  ternyata menghasilkan  volume  tisik  dan  penerimaan  petani  yang  lebih  besar.  Selain  itu anjuran terhadap teknik bercocok tanam  dengan cara pupuk organik
didasari atas pertimbangan bahwa para petani di Irian Jaya pada umumnya belum menggunakan pupuk dan pestisida secara intensif.

Penerapan  sistim  pupuk  organik  juga  mempunyai  aspek  pelestarian  lingkungan. Dalam teknik  bercocok tanam ini dianjurkan pengolahan tanah ganda, pembuatan bedengan  tinggi,  penambahan   pupuk  kandang  dan  sistim  tumpangsari.  Karena ketersedian  pupuk  kandang  masih  terbatas   maka  dilakukan  adaptasi  dengan mengurangi pupuk kandang dan memberikan pupuk kompos.



Berikut ini adalah cara membuat kompos.
 
Cara membuat kompos
 
Ada beberapa alternatif cara yang dipilih sesuai kondisi lokal.

- Kompos jadi siap pakai
Pada daerah yang banyak terdapat sampah kota dan desa yang telah mengalami proses  pembusukan  dan penghancuran  yang  cukup  lama  di  alam terbuka, dapat diterapkan cara ini, sebagai berikut:
-        Gali  tumpukan  sampah  (garbage  atau  sampah  lapuk)  yang  sudah  seperti
tanah
-        Pisahkan dari bahan-bahan yang tidak dapat lapuk
-        Jemur sampai kering, lalu ayak
-        Bubuhkan 50 - 100 gram belerang untuk setiap 1 kg tanah sampah.

Bahan:
-        2 1 /4 hingga 4 m3 sampah lapuk (garbage)
-        6,5 m3 kulit buah kopi
-        750 kg kotoran ternak memamah biak 50 kaleng ukuran 20 liter)
-        30 kg abu dapur atau abu kayu

Cara Membuat
1).     Buatlah bak pengomposan dari bak semen.
Dasar bak cekung dan melekuk di bagian tengahnya. Buat lubang pada salah satu sisi bak agar cairan yang dihasilkan dapat tertampung dan dimanfaatkan.
Atau buatlah bak pengomposan dengan menggali tanah ukuran 2,5 x 1 x 1 m (panjang x  lebar x tinggi). Tapi hasilnya kurang sempurna dan kompos yang dihasilkan berair dan lunak.
2).     Aduk  semua  bahan  menjadi  satu  kecuali  abu.  Masukkan  ke  dalam  bak pengomposan  setinggi  1  meter,  tanpa  dipadatkan supaya mikroorganisme
aerob           dapat berkembang            dengan          baik.   Kemudian          taburi bagian           atas tumpukan bahan tadi dengan abu.

3).     Untuk  menandai  apakah  proses  pengomposan  berlangsung  dengan  balk, perhatikan  suhu  udara  dalam  campuran  bahan.  Pengomposan  yang  baik akan  meningkatkan  suhu   dengan  pesat  selama  4  -  5  hari,  lalu  segera menurun lagi.
4).     Tampunglah  cairan  yang  keluar  dari  bak  semen.  Siram  ke  permukaan
campuran  bahan  untuk  meningkatkan  kadar  nitrogen  dan  mempercepat proses pengomposan.
5).     2 - 3 minggu kemudian, balik-balik bahan kompos setiap minggu. Setelah 2 -
3 bulan kompos sudah cukup matang.
6).     Jemur kompos sebelum digunakan hingga kadar airnya kira-kira 50  -60 %
saja.
Kalau di daerah kita tidak tersedia kulit buah kopi, cara ke II dapat diadaptasi
dengan  menggantikan  kulit  buah  kopi  dengan  hijauan  seperti  Iamtoro  atau lainnya.

- Kompos Sistem Bogor

Bahan :
-        Sampah mudah lapuk (garbage)
-        Jerami yang sudah bercampur dengan kotoran dan air kencing ternak.
-        Kotoran ternak memamah biak
-        Abu dapur atau abu kayu

Cara Membuat:
1).     Timbuni  campuran  jerami  dan  sampah  setinggi  25  cm  di  atas  bedengan
berukuran 2,5 x 2,5  meter.

2).     Timbun lagi campuran kotoran dan air kencing ternak di atas timbunan tadi tipis-tipis dan       merata.
3).     Timbun lagi campuran jerami dan sampah-sampah setinggi 25 cm.
4).     Tutup lagi dengan campuran kotoran dan kencing ternak.




 
5).     Timbun bagian paling atas dengan abu sampai setebal ± 10 cm.
6).     Balik-balik campuran bahan kompos setelah berlangsung 15 hari, 30 hari dan
60 hari.
7).     Setelah di proses selama 3 bulan kompos biasanya cukup matang.

Agar pengomposan        berhasil,        buatlah          atap    naungan          di                     atas    bedengan pengomposan            sebab          air       hujan dan     penyinaran               langsung      matahari          dapat menggagalkan proses pengomposan.


Dari pustaka BPP Tanjungkerta


No comments:

Post a Comment