PTT KEDELAI (BAGIAN II)
Komponen PTT
1. Varietas unggul baru
Varietas unggul baru (VUB) umumnya berdaya hasil tinggi,tahan terhadap hama penyakit utama atau toleran deraan lingkungan setempat dan dapat juga memilki sifat khusus tertentu. VUB kedelai antara lain adal.ah Argomulyo, Anjasmoro, Grobogan, Gepak Kuning, dan Detam 1.
~ Pemilihan varietas perlu disesuaikan dengan agroekostem setempat dan permintaari pengguna, misalnya ukuran biji (sedang hingga besar), umur (genjah hingga sedang), dan kegunaan (bahan baku tahu, tempe, kecap, dan taoge).
~ Setiap varietas memiliki daya adaptasi berbeda antaragroekosistem seperti lahan sawah/tegal, lahan masam dan lahan pasang surut.
2. Benih bermutu dan berlabel
Benih bermutu adalah benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi ( ~ 85%). Pada umumnya benih bermutu dapat diperoleh dari benih berlabel yang sudah lulus proses sertifikasi. Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak.
3. Pembuatan saluran drainase
~ Tanaman kedelai memerlukan air yang cuktlp dan .tidak menghendaki kelebihan air/ tanah becek selama pertumbuhannya.
~ Pada lahan kering, saluran drainase berfungsi sebagai , pematus air pada saat hujan.
~ Pada lahan sawah, saluran drainase selain berfungsi untuk mengeluarkan kelebihan air dari laha,n, juga untuk memasukkan air irigasi ke areal pertanaman pada saat dibutuhkan.
~ Jarak antarsaluran ditentukan oleh jenis tanah, umumnya2-5m dengan Iebar dan kedalaman sekitar 30 em.
4. Pengaturan populasi tanaman
~ Populasi berkisar antara 350.000-500.000 tanaman/ ha, kebutuhan benih 40-60 kg/ha, bergantung pada ukuran biji.
~ Tanam dengan eara ditugal, jarak tanam 40 em antarbaris, 10-15 em dalam barisan, 2-3 biji per lubang.
~ Pada musim hujan gunakan jarak tanam Iebar (populasi sedang), pada musim kemarau gunakan jarak tanam rapat (populasi tinggi).
5. Pengendalian OPT secara terpadu
Pengendalian hama secara terpadu
~ ldentifikasi jenis dan penghitungan kepadatan populasi hama.
~ Menentukan tingkat kerusakan tanaman.
~ Taktik dan teknik pengendalian.
• Mengusahakan tanaman selalu sehat;
• Pengendalian secara hayati;
• Penggunaan varietas tahan;
• Pengendalian secara fisik dan mekanis;
• Penggunaan feromon;
• Penggunaan pestisida kimia.
Pengendalian penyakit secara terpadu
~ ldentifikasi jenis penyakit
• Cendawan
• Bakteri
• Virus
~ Menentukan tingkat kerusakan tanaman.
~ Taktik dan teknik pengendalian
- Mengusahakan tanaman selalu sehat;
- Pengendalian secara hayati;
- Penggunaan varietas tahan;
- Pengendalian secara fisik dan mekanis;
- Penggunaan pestislda kimia (fungsida, bakterisida, dan sebagainya).
Pengendalian gulma secara terpadu
~ ldentifikasi jenis gulma
• Rumput
• Teki
• Daun Iebar
~ Menentukan tingkat kepadatan gulma
~ Taktikdan teknik pengendalian
• Kultur teknis
• Kimiawi (herbisida)
• Terpadu, mengkombinasikan beberapa komponen pengendalian.
Komponen Teknologi Pilihan
1. Penyiapan lahan
~ Pengolahan tanah tidak diperlukan jika kedelai ditanam di lahan sawah bekas tanaman padi, jerami dapat digunakan sebagai mulsa.
~ Mulsa berguna untuk menjaga kelembaban tanah, mengurangi serangan lalat kacang, dan menekan pertumbuhan gulma.
~ Pengolahan tanah di lahan kering perlu optimal, dengan dua kali bajak dan satu kali garu (diratakan).
~ Gulma atau sisa tanaman dibersihkan pada saat pengolahan tanah.
2. Pemupukan sesuai kebutuhan
~ Takaran pupuk berbeda untuk setiap jenis tanah, berikan berdasarkan hasil analisis tanah dan sesuai kebutuhan tanaman.
~ Pupuk diberikan secara ditugal di sebelah lubang tanam atau disebar merata pada saat tanah masih lembab.
~ Kedelai yang ditanam setelah padi sawah umumnya tidak memerlukan banyak pupuk.
~ Penggunaan pupuk hayati seperti bakteri penambat N2 (Rhizobium) disesuaikan dengan kebutuhan, perhatikan waktu kadaluarsa pupuk hayati.
~ PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering) dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam menetapkan takaran pupuk dan amelioran.
3. Pemberian bahan organik
~ Bahan organik berupa sisa tanaman, kotoran hewan, pupuk hijau dan kompos (humus) merupakan unsur utama pupuk organik yang dapat berbentuk padat atau cair.
~ Bahan organik bermanfaat untuk memperbaiki kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah.
~ Persyaratan teknis pupuk organik mengacu kepada Permentan No. 02/2006, kecuali diproduksi untuk keperluan sendiri.
~ Pemanfaatan pupuk a·rganik dan pupuk kimia dalam bentuk dan jumlah yang tepat berperan penting untuk keberlanjutan sistem produksi kedelai.
4. Amelioran pada lahan kering masam
~ Penggunaan amelioran ditetapkan berdasarkan tingkat kejenuhan aluminium (AI) tanah dan kandungan bahan organik tanah.
~ Kejenuhan AI memiliki hubungan yang kuat dengan tingkat kemasaman (pH) tanah.
~ Lahan kering masam perlu diberi kapur pertanian (dolomit atau kalsit) dengan takaran sebagai berikut:
• pH tanah 4,5-5,3 --+ 2,0 ton kapur/ha;
• pH tanah 5,3-5,5 --+ 1 ,0 ton kapur/ha;
• pH tanah 5,5-5,6 --+ 0,5 ton kapur/ha;
/5. Pengairan pada periode kritis
~ Periode kritis tanaman kedelai terhadap kekeringan mulai pada saat pembentukan bunga hingga pengisian biji (fase reproduktif).
~ Pada lahan sawah, pengairan diberikan secukupnya menjelang tanaman berbunga dan fase pengisian polong. Tanaman kedelai memerlukan air yang cukup selama pertumbuhannya. Pada kondisi kelebihan air dan kekeringan, tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik.
6. Panen dan pascapanen
~ Panen yang tepat menentukan mutu biji dan benih kedelai.
~ Panen dilakukan jika tanaman sudah masak, atau 95% polong telah berwarna coklat dan daun berwarna kuning.
~ Brangkasan kedelai segera dihamparkan dan dijemur dengan ketebalan sekitar 25 em.
~ Biji dirontok setelah brangkasan kering, secara manual atau menggunakan threser (perhatikan kecepatan silinder perontok dan kadar air biji).
~ Panen yang tepat menentukan mutu biji dan benih kedelai.
~ Panen dilakukan jika tanaman sudah masak, atau 95% polong telah berwarna coklat dan daun berwarna kuning.
~ Brangkasan kedelai segera dihamparkan dan dijemur dengan ketebalan sekitar 25 em.
~ Biji dirontok setelah brangkasan kering, secara manual atau menggunakan threser (perhatikan kecepatan silinder perontok dan kadar air biji).
Sumber : Balai Pengkajian Pengembangan dan Penelitian
LIPTAN
No comments:
Post a Comment