Tuesday, April 26, 2022

ANTISIPASI PERALIHAN MUSIM

ANTISIPASI PERALIHAN MUSIM 



 merujuk kepada prakiraan kondisi iklim Indonesia dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika pada Musim Tanam II dan III (MT II-III) yang sebagian besar di mulai pada bulan Mei dan Juni bahwa pada musim tersebut diperkirakan memasuki musim kemarau, maka untuk itu diperlukan langakh antisipatif dalam melaksanakan pola pertanaman khususnya tanaman pangan. 
Sebanyak 68,5% wilayah Indonesia masuk awal musim kemarau diperkirakan memasuki bulan Mei dan Juni 2020, yaitu sebagian besar Sumatera, Jawa, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara bagian Barat, Papua Barat paua timur.

Puncak musim kemarau di prediksi akan terjadi pada bulan Agustus 2020 yaitu wilayah Lampung, sebagian besar Jawa dan Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi Selatan dan Tenggara, Maluku

Wilayah yang akan mengalami musim kemarau paling awal di prediksi bulan April 2020 adalah, Banten bagian Utara, DKI, Jawa Barat bagian Utara, Jawa Timur bagian Timur, Jawa Tengah, DIY, NTT, NTB sebagian besar Bali

Musim Kemarau lebih Akhir di prediksi pada bulan September 2020 yaitu wilayah P Seram, P Buru , Sulawesi Utara Bagian Selatan
Wilayah yang mengalami musim kemarau paling kering dari normalnya yaitu, Aceh Utara, tengah dan selatan, Lampung bagian Utara, Sumatera Utara bagian Selatan, Riau bagian Utara, Sebagian Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Sebagian Bali, NTB, Kalimantan Timur, sulawesi Selatan, 
Dari prakiraan dari badan terkait tersebut, perlu adanya langkah antisipatif untuk mengamankan kadaan stok pangan nasional di masing masing daerah berupa langkah operasional di masing - masing wilayah, berupa koordinasi dengan bagian terkait untuk mengecek ketersediaan air, rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa, Embung, Dam Parit dan pengupayaan Pipanisasi dan Sumur Dangkal/Dalam harus dimaksimalkan
Melakukan Pengamatan yang intensif di pandang perlu agar mencegah pertanaman tidak fuso akibat kekeringan.
Optimalisasi penyuluhan secara persuasif dan menyeluruh juga sangat dipandang perlu untuk menghadapi peralihan musim ini, penyuluhan seperti perbaikan pola tanam, penghematan air melaluai Sistem Irigasi Hemat Air atau Pola Pertanian Basah Kering, menanam varietas unggul tahan kekeringan, menanam varietas yang genjah atau bisa juga  merubah pertanaman dari padi ke palawija (Jagung, Kedelai). Menanam varietas tahan terhadap serangan OPT (Tikus, WBC, Blast dll) 
Melakukan pengamatan yang intensif terhadap OPT perlu dilakukan karena dalam peralihan musim ini perlu ditingkatkan kewaspadaan terhadap OPT terutama di wilayah yang endemis terhadap OPT tertentu.


Dalam peralihan musim ini perlu dilakukan pengamatan dan pengendalian OPT secara pre-emtif yaitu berupa pengolahan tanah secara sempurna, perlakuan benih yang baik, penggunaan pupuk secara rekomendasi dan tidak berlebih, penanaman refugia ( tempat singgah musuh alami), optimalisasi agensia hayati, dan memaksimalkan penggunaan bio pestisida (Pestisida nabati)
tidak lupa untuk selalu mengakses website resmi BMKG  https://www.bmkg.go.id untuk mengetahui ketersediaan air dan  https://www.katam.litbang.pertanian.go.id untuk mengetahui kalender tanam terpadu sebagai bahan pertimbangan dalam bercocok tanam.


disadur dari;
 SE Ditjen Tanaman Pangan Kementrian Pertanian

Sumber Pustaka Lain
https://www.bmkg.go.id
    

No comments:

Post a Comment