MENEKAN KEHILANGAN HASIL PANEN PADI
Lanjutan BAG II
B.
Metode Pengukuran Kehilangan Hasil
Pada Tahap Pemanenan
Data kehilangan
hasil pasca panen padi yang diacu oleh Pemerintah adalah data pengukuran Badan
Pusat Statistik (BPS). Metode lama untuk
pengukuran kehilangan hasil pada pemanenan
menggunakan petak kontrol (metode petak
kontrol), sedangkan metode BPS baru menggunakan papan yang dikembangkan oleh
IRRI ( International Rice Research Institute) Philippnina ( metode papan),
sehingga akan menghasilkan data kehilangan hasil pemanenan yang berbeda.
Pengukuran
kehilangan hasil pada tahap pemanenan dilakukan cara panen petani dengan metode
petak kontrol dan metode papan, diulang 5 rwesponden petani. Pemilihan responden diusahakan mewakili
varietas padi dan proporsional terhadap luas panen per varietas yang ada di
lokasi.
1. Metode Petak
Kontrol
Pemakaian petak
kontol 2,5 m x 2,5
m mempuinyai kekuatan pada jumlah sample yang lebih luas, sedangkan kelemahannya sering terjadi
kelebihan jumlah rumpun padi, terutama pada tanaman padi yang tidak teratur.
Prosedur :
Penentuan petak
ubinan : Untuk petak sawah / bidang
tanah kering yang berbentuk bujur sangkar,
ambilah ujung barat daya dari petak tanah tersebut sebagai pangkal
sumbu. Bila petak sawah tidak berbentuk
bujur sangkar, sedapat mungkin pangkal sumbu diambil pada sudut barat
daya. Bila kita berdiri pada pangkal
sumbu tersebut, maka garis yang mengarah barat timur dinyatakan sebagai sumbu X
dan sebagai sumbu Y diambil garis yang mengarah
utara – selatan dan tegak lurus pada sumbu X (Gambar 2.).. Penentuan titik ubninan petani dan titik
ubinan kontrol. Setelah menentukan titik
petak ubinan menentukan titik ubinan petani dengan mengukur jarak yang sama ke
arah sepanjang sumbu X dan sumbu Y yaitu titik (X<Y). Ukuran petak ubinan petani 2,5 m x 2,5
m. Penentuan titik ubinan kontrol,
disekitar ubinan petani dengan ukuran petak ubinan 1 m x 1 m.
Rumus :
Bobot hasil ubinan kontrol - Bobot
ubinan petani
Kehilangan hasil panen =
x 100 %
Bobot ubinan petani
U
K3
K1
Ubinan K5
2,5 m x 2,5 m
K2
K4
0
T
Keterangan :
K1, K2, K3, K4 dan K5 = Petak kontrol
U = arah utara
T = arah timur
Gambar 2. Petak ubinan metode petak kontrol
2. Metode Papan
Susut saat panen
diperoleh dengan cra menghitung jumlah butir gabah yang melekat pada papan
pengamatan yang dipsang pada petak ubinan dan dikonversi dengn tabel konversi
susut panen, seperti gambar 1.
Akurasi
pengukuran kehilangan hasil padi pada
tahap pemanenan ditentukan oleh cara pengambilan ubinan dan metode pengukuran
yang digunakan. Kesalahan penentuan
petak ubinan sering terjadi disebabkan oleh
a. Petugas Lapang dalam menentukan titik ubinan tidak mengikuti arah timur
barat, akan tetapi mengikuti bentuk petak rumpun tanaman, sehingga tidak
mewakili kesuburan tanaman ditinjau dari aspek penyinaran matahari, Bahkan kadang – kadang dilakukan petugas
lapang dengan cara menghitung jumlah rumpun di dalam petak ubinan.
b. Bila jarak tanam yang ukurannya kecil atau besar, maka benbtuk ubinan
dapat digeser – geser, sehingga tidak obyektif dan bahkan dapat menjadi nilai
kehilangan hasil terlalu tinggi atau negatif.
c. Walaupun ada pedoman pengukuran kehilangan hasil dari Badan Pusat
Statistik (BPS), namun petugas lapang sering tidak menggunakan peralatan ubinan
( menggunakan tali rafia / tidak menggunakan alat ubinan ). Oleh karena itu
kompetensi petuggas lapang dan sarana peralatan harus disiapkan.
Pengukuran
kehilangan pada tahap pemanenan yang dilakukan dengan metode papan (BPS, 2006)
menunjukan bahwa kehilanggan yang terjadi relatif lebih rendah dibanding dengan
metode petak kontrol (BPS, 1985). Hasil
pengamatan menunjukan bahwa jumlah gabah yang dapat ditangkap pada 9 papan
yanbg berukuran 40 cm x 14 cm pada ekosistem padi lahan irigasi bervariasi antara 30 – 60 butir gabah atau
setara dengan 42 – 87 kg per hektar gabah yang hilang (tabel konversi). Sedangkan jumlah gabah yang dapat ditangkap
oleh 9 papan yang berukuran 40 cm x 14 cm pada ekosistem padi lahan tadah hujan
berkisar antara 54 – 85 butir gabah atau setara dengan 97 – 108 kg gabah per
hektar. Pengukuran kehilangan hasil
dengan metode papan sebesar 0,97 % pada ekosistem lahan irigasi dan sebesar
1,57 % pada lahan tadah hujan (Tabel 2.).
Pengukuran kehilangan hasil menggunakan metode petak kontrol atau metode
pembanding ternyata menghasilkan angka yang lebih besar, yaitu 14,76 % pada
ekosistem irigasi dan 13,36 % pada ekosistem tadah hujan. Tingginya angka kehilangan tersebut
disebabkan adanya kesalahan dalam menghitung produksi lahan per hektarnya.
Semakin kecil ukuran petak ubinan yang dibuat
akan menghasilkan konversi produksi yang makin besar. Perbedaan tersebut juga disebabkan adanya
perbedaan cara pengukuran dan
penghitungannya. Kehilangan tahap
pemanenan dengan metode petak kontrol dilakukan dengan membandingkan antara
kehilangan hasil pada perlakuan petani dengan kontrol (zero losses). Metode petak kontrol mempunyai kelemahan
anatara lain bila hasil ubinan kontrol
lebih kecil dari ubinan petak perlakuan, maka kehilangan hasil negatif (-) dan
kurang teliti dibandingkan dengan metode papan.
Perbedaan cara pengukuran kehilangan hasil antara metode petak kontrol
dan metode papan.
Tabel 3. Kehilangan panen padi pada ekosistem yang berbeda
Agroekosistem
|
Metoda
pengukuran kehilangan hasil tahap panen
|
|
MH 2006
|
||
Metode petak
kontrol
|
Metode papan
|
|
Lahan irigasi
|
14,76 %
|
0,97 %
|
Lahan tadah huan
|
13,36 %
|
1,57 %
|
Tabel 4. Perbedaan cara pengukuran kehilangan hasil antara metode petrak
kontrol dan metode papan
No
|
Cara pengukuran
kehilangn hasil
|
|
Metode Petak
Kontrol
|
Metode Papan
|
|
1.
|
Ukuran petak ubinan petani 2,5
m x 2,5 m dan petak kontrol 1m x 1
m
|
Ukuran petak ubinan petani 5
m x 5 m
|
2.
|
Kelebihannya :
-
Luas ubinan 2,5 m x 2,5 m sudah biasa dilakukan seperti
mengukur ubinan produktivitas
-
Peralatan lebih sederhana, hanya alat ubinan, alat ukur
kadar air dan timbangan
|
Kelemahannya :
-
Luas ubinan 5 m x 5 m belum biasa dilakukan
-
Peralatan lebih banyak dari pada menggunakan metode
petak kontrol.
|
3.
|
Kelemahannya :
-
Perhitungan menggunakan rumus. Cara pengukuran tidak
langsung dengan membandingkan berat ubinan konterol dan berat ubinan
perlakuan petani.
-
Hasil perhitungan kehilangan hasil lebih besar
dibanding dengan metode papan dan bahkan negatif (-) karena luas petak
kontrol kecil (1 m x 1 m), sehingga errornya besar.
-
Pekerjaannya lebih lama dan rumit
-
Luas ubinan lebih kecil dari pada menggunakan ubinan
metode papan, sehingga krang mewakili
|
Kjelebihannya :
-
cara penghitunganya lebih cepat dibanding dengan metode
petak kontrol, yaitu cara pengukuran langsung dengan memungut gabah yang
tercecer pada papan dan ditimbang berat gabah yang tercecer (dengan taberl
konversi bobot).
-
Hasilnya selalu positif dan lebih rendah karena yang
tercecer dihitung langsung, sehingga lebih akurat
-
Pekerjaan lebih cepat dan sederhana
Luas petak
ubinan lebih besar, sehingga lebih realistik
|
Bersambung BAG III
No comments:
Post a Comment